Mbah teringat kepada Mukjizat yang Gusti Allah berikan kepada salah seorang Nabi yaitu Kanjeng Nabi Daud as. Gusti Allah telah memerintahkan kepada besi agar lunak dan mampu di belak-belokan sehingga terciptalah baju perang pertama. Dan juga memerintahkan kepada alam untuk sama-sama dengan Daud as berdzikir kepada Gusti Allah. Lalu sayapun membayangkan bila mana Kanjeng Nabi Daud as, telah diberikan kekuasaan sebagaimana demikian maka para penyairpun memiliki anugerah yang sama yaitu mampu membelak-belokan kata sehingga tercipta suatu padanan kata atau kalimat yang jauh melebihi logika.
Saya pernah membaca di dalam Al-Qur’an. Ada suatu batas-batas tertentu dimana seorang penyair itu akan mendapatkan maqom dalam kepenyairannya. Yaitu tidak berdusta dan selalu memuji nama Allah dalam Syairnya, dan bila melanggar dari batas-batas itu maka tempatnya adalah Neraka.
Hal tersebut dapatlah dimengerti bila dilihat dari Asbabun Nujul (Sebab-sebab turunnya Ayat), seperti yang kita sama-sama ketahui bahwa Jazirah Arab adalah bisa dibilang pusatnya dari para penyair pada jaman Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Maka Allahpun menjadikan Mukjizat Al-Quran itu berupa maha sastra tertinggi bila dilihat dalam kesusastraan dan selain itu agar tentulah lebih mudah dimengerti dan di hafalkan oleh mereka yang nota bene adalah senang dalam dunia kepenyairan.
Selintas, ingatan Mbah mengembara kepada mukjijat Nabi Musa ketika berhadapan dengan para penyihir firaun, Nabi Musa mengeluarkan Mukjijat yang selintas sama apa yang diperbuat oleh para penyihir itu yaitu berupa ular yang diciptakan dari tongkat. Tapi pada akhirnya diketahuilah bahwa apa yang dilakukan oleh Musa as adalah suatu kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan sihir (Ular dari Kanjeng Nabi Musa memakan ular-ular para penyihir). Maka begitu pula Al- Qur’an sebagai Mukjijat maka tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan karya sastra dari penyair manapun. Karena itulah Allah melaknat siapapun yang membuat Syair dengan maksud untuk mengalahkan Al-Qur’an.
Berbahagialah engkau, wahai para penulis, penyair dan sastrawan karena Allah telah meninggikan derajatmu dari masyarakat biasa karena engkau adalah para pencari Ilmu dan juga guru bagi mereka, dan segala puji marilah kita haturkan hanya kepada Gusti Allah SWT, seperti Alam semesta yang bertasbih dan berdzikir bersama Daud as.
Jakarta, 14 Nopember 2009
Cinta Tak Beralas
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar